Jun 5, 2009

Craig Christian : Revolusi Tinju Craig Christian

Revolusi Tinju Craig Christian
Oleh : Syahnan Rangkuti

Kalau saja Museum Rekor Indonesia ingin memasukkan rekor bayaran termahal yang diterima atlet Indonesia saat ini, dia pastilah Chris John. Saat bertanding melawan Jose Cheo Rojas dari Venezuela, Maret lalu, petinju kelahiran Banjarnegara 27 tahun lalu itu dibayar 200.000 dollar AS atau setara dengan Rp 1,8 miliar.

Pertengahan era 1980-an, saat Ellyas Pical dielu-elukan sebagai juara dunia pertama di negara ini, bayaran dia yang disebut-sebut tertinggi sebesar 125.000 dollar AS. Rekan sejawat Chris John, Muhammad Rachman, juara dunia kelas terbang mini IBF yang bakal bertanding Mei mendatang, akan mendapat bayaran Rp 750 juta.

Namun, keberadaan Chris John ternyata tak membawa perubahan signifikan dalam dunia tinju Indonesia. Ketika bayarannya mencapai Rp 1,8 miliar, ratusan petinju Indonesia lain harus menyabung nyawa dengan bayaran Rp 500.000 sekali bertanding. Andai uang bayaran Chris John dijadikan pertandingan dengan bayaran Rp 500.000, jumlah tersebut dapat dipakai untuk mempertandingkan 3.600 petinju.

Kondisi itulah yang membuat manajer dan pelatih Chris John, Craig Christian (42), asal Australia, merasa heran. Biasanya, seorang petinju juara dunia yang menjadi kebanggaan negara akan membawa dampak positif pada kemajuan tinju di negara itu. Kehadiran Chris John yang dibayar sangat mahal untuk ukuran petinju Indonesia semestinya membuat dunia tinju lebih semarak. Mengapa itu tak terjadi di Indonesia?

Berkembangnya tinju profesional, kata Craig, tak sulit diamati. Ukuran paling gampang adalah menyaksikan siaran televisi negara tersebut. Bila siaran pertandingan tinju berlangsung ramai, bermutu, dipenuhi iklan, dan menjadi tontonan menarik, dapat dipastikan tinju akan makin berkembang. Semakin besar uang yang beredar di atas ring, makin bermutu tayangannya.

Apabila ukuran Craig itu dipakai, jelaslah keterpurukan dunia tinju Indonesia. Dua stasiun televisi yang dulu menyiarkan pertandingan tinju sudah lama mengundurkan diri. Kini hanya Indosiar dan TVRI yang masih menayangkan secara reguler. Namun, bila dilihat dari iklannya, agaknya lebih didasarkan sumbangsih semata kepada dunia pertinjuan Tanah Air yang membuat kedua stasiun televisi tersebut tetap menampilkan pertandingan tinju.

Minimnya uang yang beredar menyebabkan kualitas tayangan televisi tak membaik. Televisi tentu tak ingin merugi lebih besar, dan ujung-ujungnya bayaran petinju akan makin kecil.

"Kondisi ini jelas membuat kualitas tayangan makin menurun. Dengan bayaran kecil, kualitas petinju yang tampil semakin buruk. Petinju kualitas buruk akan menghasilkan tontonan yang tidak berkualitas. Tontonan yang tak bermutu membuat rating rendah. Rating itu mengakibatkan uang yang beredar di atas ring makin kecil," ujar Craig.

Keuntungan pribadi

Kondisi pertinjuan yang sakit semakin diperparah ulah beberapa promotor yang lebih mementingkan diri sendiri. Promotor lebih senang mengantongi uang untuk keuntungan pribadi dibandingkan membayar mahal petinju bagus untuk tampil. Promotor tak menginvestasikan uangnya demi partai yang bagus. Beberapa promotor tak berniat membangun tinju Indonesia agar semakin bagus.

"Tinju pada dasarnya pertarungan dua orang di atas ring. Seharusnya, petinjulah yang mendapat perhatian utama. Petinju yang harus lebih diurus. Kondisi yang tidak bagus di Indonesia membuat orang enggan menjadi petinju karena masa depannya suram," kata Craig.

Sebagai pelatih Chris John sejak dua tahun lalu, Craig sering berkunjung ke Indonesia dalam waktu relatif lama, khususnya menjelang pertandingan. Kata Craig, sebenarnya banyak talenta bagus yang siap dikembangkan.

"Saya lihat sendiri begitu banyak petinju bagus di negara ini. Sayang, mereka tak punya kesempatan untuk mempromosikan diri atau dipromosikan dalam jalur yang tepat. Hanya petinju seperti Chris John yang dibayar mahal, sedangkan yang lain mendapat recehan. Ini situasi tidak sehat. Tinju profesional Indonesia harus lebih sehat agar mampu menghasilkan juara dunia baru," tuturnya.

Apa yang ingin dilakukannya?

"Saya membutuhkan revolusi untuk mengubah sistem pertinjuan Indonesia. Tindakan pertama tentunya memiliki promotor. Promotor itu mesti yang punya cukup uang dan didukung sponsor. Setelah itu, promotor harus memiliki ikatan dengan stasiun televisi untuk menayangkan pertandingan. Ingat, promotor harus punya uang banyak dan didukung sponsor. Bukan promotor modal dengkul yang tega memotong bayaran petinju sebesar-besarnya," ujar Craig.

Kerja sama dengan stasiun televisi harus dalam kurun waktu panjang. Kondisi tersebut memungkinkan untuk menambah kesempatan bertanding sesuai perkembangan. Petinju yang memiliki prospek besar mesti mendapat kesempatan lebih banyak bertanding, dan memperoleh bayaran yang sesuai. Tak semestinya hanya satu atau dua petinju yang dibayar layak, sementara sebagian besar lainnya dibayar sekecil-kecilnya.

Untuk mengubah semua itu, Craig sadar bukanlah langkah gampang. Banyak modifikasi yang harus dilakukan agar tinju dapat menjadi tayangan unggulan di televisi. Namun, dia siap bekerja sama dengan siapa saja yang memiliki visi sama demi merealisasikan rencana itu.

"Saya punya harapan, kejayaan tinju di Indonesia bukan hanya milik Chris John. Semua petinju hendaknya dapat merasakan hal sama. Tidak perlu semuanya menjadi juara dunia, tetapi tetap bisa hidup dari pekerjaannya sebagai petinju profesional. Itulah esensi terpenting dari tinju profesional," kata dia.

***
BIODATA
Craig Christian

Nama: Craig Christian
Lahir: 6 Oktober 1964
Nama Istri: Sella
Nama Anak: Tygarbilly
Asal: Italia
Pengalaman bertinju: Tidak pernah
Pertama menjadi pelatih: Juli 2002
Petinju pertama yang ditangani: Danial Dawson
Pengalaman melatih: 86 kali dengan 81 kali menang, 4 kalah, 1 kali seri.
- Mendirikan sasana Harry's Gym, Februari 2003, dan kini menjadi salah satu sasana paling ternama di Australia.
- Manajer untuk petinju: Chris John, Danial Dawson, Ben Cruz, Ben Rabah Gairy St Clair, William Kickett, Ryan Langham, dan Rodger Izonready

Sumber : Kompas, Jumat, 20 April 2007

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks