Raja Bhumibol yang Dekat dengan Rakyat
Oleh : JL
Jika Anda tengah berkunjung ke Bangkok, Thailand, dan kebetulan memutuskan untuk menonton di bioskop, jangan kaget, karena saat film akan dimulai, tiba-tiba lagu Raja diperdengarkan dan di layar bioskop muncul film tentang potongan-potongan kegiatan Raja. Semua penonton serentak berdiri untuk memberikan penghormatan kepada Raja Bhumibol Adulyadej.
Ya, itulah salah satu bentuk penghormatan yang diberikan rakyat Thailand kepada Raja Bhumibol Adulyadej yang hari ini, tanggal 5 Desember 2007, berusia 80 tahun. Diharapkan pada hari ini Raja Bhumibol akan muncul di balkon ruang singgasananya untuk menyambut orang-orang yang mengucapkan selama ulang tahun kepadanya. Ulang tahun yang ke-80 ini, yang bersamaan dengan peringatan naik takhtanya yang ke-61, didominasi dengan warna kuning, yang dikaitkan dengan warna ulang tahun Raja.
Sebanyak 100 orang dari berbagai pelosok Thailand terpilih untuk mengucapkan selamat ulang tahun secara langsung kepada Raja. Mereka adalah beberapa orang yang dipilih melalui program pemerintah yang diberi nama Berbuat Hal-hal yang Baik bagi Raja.
"Saya akan mengenang hari ini sepanjang hidup saya dengan akan selalu berbuat baik," kata Niyom Kaewsaengruang (59), yang terpilih karena kegiatan yang dilakukannya selama tiga dekade untuk menyebarkan pengetahuannya tentang pengobatan tradisional, pijat, dan herbal Thailand.
Foto-foto diri Raja Bhumibol dan Ratu Sirikit yang bertuliskan Panjang Umur Raja (Long Live the King) dipajang di mana-mana. Semua kegiatan rakyat Thailand seakan-akan dipusatkan kepada perayaan ulang tahun Raja, yang dekat dengan rakyatnya. Pelaksanaan pesta olahraga SEA Games 2-8 Desember 2007 tidak menghalangi rakyat Thailand dengan antusias dan gembira merayakan ulang tahun ke-80 raja mereka.
Dekat dengan rakyat
Raja Bhumibol yang lahir di Mount Auburn Hospital Cambridge, Massachussetts, Amerika Serikat, pada tahun 1927, dikenal sangat dekat dengan rakyatnya. Ia rajin meninjau ke lapangan untuk melihat sendiri kehidupan rakyat yang sebenarnya. Dan, jika terjadi bencana alam, Raja pun tidak segan-segan turun tangan untuk membantu meringankan penderitaan rakyatnya.
Itu sesuai dengan janjinya pada saat ia dinobatkan menjadi raja, "akan meraja dengan penuh kebajikan dan kebijaksanaan demi kebaikan dan kesejahteraan rakyat Thailand".
Minat Raja yang besar pada bidang pertanian menjadi salah satu penyebab Thailand menjadi negara yang terkemuka dan sukses di bidang agrobisnis di Asia. Apalagi, dukungan serius Raja dan pemerintah terhadap pengembangan sektor pertanian diperkuat lagi dengan kreativitas dan kerja keras rakyatnya.
Kawasan Istana Chitralada dijadikan pusat penelitian dan pengembangan pertanian, yang mencakup padi, palawija, ikan, dan ternak, yang hasilnya disebarkan secara cuma-cuma kepada rakyat. Kecintaan rakyat Thailand yang berjumlah sekitar 65,5 juta orang itu kepada Raja menjadikan mereka langsung menerima dan menggunakan setiap bibit unggul yang diberikan Raja.
Bapak Bangsa
Dalam sistem monarki konstitusional, raja adalah kepala negara, sedangkan pemerintah dipimpin oleh kepala pemerintahan, dalam hal ini perdana menteri. Namun, dalam kenyataannya, kekuasaan Raja Bhumibol jauh lebih besar daripada hanya sekadar kepala negara. Ia dianggap sebagai Bapak Bangsa Thailand.
Semua pejabat tinggi negara, baik sipil maupun militer, harus melakukan sumpah setia kepada Raja. Itu sebabnya, pada saat Thailand dilanda kekacauan politik dan tidak tampak adanya penyelesaian politik yang bisa diterima dalam waktu dekat, semua pihak yang bertikai menoleh kepada Raja dan memintanya turun tangan untuk memberikan penyelesaian yang terbaik bagi bangsa Thailand.
Salah satu contoh adalah ketika terjadi kudeta militer pada tahun 1991 terhadap Perdana Menteri Chatichai Choonhavan yang dinilai korup, dengan janji diadakan pemilihan umum dalam waktu enam bulan.
Pemilu diadakan enam bulan kemudian dan Partai Samakkhi Tham yang dipimpin Narong Wongwan meraih suara terbanyak. Namun, militer tidak puas terhadap hasil pemilu dan partai-partai promiliter kemudian menunjuk Panglima Angkatan Darat Jenderal Suchinda Kraprayon, salah seorang pelaku kudeta militer tahun 1991, sebagai perdana menteri.
Mahasiswa dan kalangan sipil pun berang. Mereka turun ke jalan dan berdemonstrasi. Tentara pun turun tangan untuk mengatasi demonstrasi yang berakhir dengan serangkaian tindak kekerasan yang meminta korban jiwa.
Raja Bhumibol Adulyadej langsung turun tangan, dengan memanggil Jenderal Suchinda Kraprayon ke Istana dan memintanya untuk mengundurkan diri. Dibentuklah pemerintahan sementara yang dipimpin penjabat Perdana Menteri Anand Panyarachun dari kalangan sipil.
Atas perannya itu, Raja Bhumibol semakin mengukuhkan dirinya sebagai Bapak Bangsa, yang sanggup menyelesaikan masalah apa pun yang dihadapi rakyat Thailand. Raja dianggap sebagai tokoh sentral yang dapat menjaga keseimbangan di antara berbagai kekuatan di Thailand. Itu sebabnya Raja Bhumibol juga disebut-sebut berada di belakang kejatuhan Thaksin Shinawatra dari jabatan sebagai perdana menteri yang kekuasaannya dinilai mulai tidak terkendali.
Perannya yang sentral itu membuat Raja Bhumibol populer dan masih bertahan sampai saat ini. Ia yang diangkat sebagai raja tahun 1946 dan dinobatkan tahun 1950 adalah raja terlama yang memerintah di Thailand.
Khawatirkan pengganti
Namun, usia terus bertambah, tanpa bisa dihambat. Siapa yang dapat melawan kodrat manusia. Hal yang sama juga terjadi pada Raja Bhumibol Adulyadej.
Di tengah-tengah kegembiraan merayakan hari ulang tahun yang ke-80 ini juga muncul kekhawatiran mengenai pengganti Raja di masa depan. Itu mengingat usia 80 tahun adalah usia senja dalam kehidupan manusia, apalagi akhir-akhir ini Raja juga sudah mulai sakit-sakitan.
Tanggal 8 November 2007 Raja baru saja meninggalkan Rumah Sakit Siriraj dengan pakaian berwarna merah muda yang melambangkan warna keberuntungan. Wajahnya tampak bersemangat meskipun jelas terlihat kondisinya masih lemah.
Di atas kertas, Raja Bhumibol akan digantikan oleh anak keduanya, Maha Vajiralongkorn (55), yang telah diangkat sebagai putra mahkota. Namun, banyak kalangan, meskipun seperti tidak secara terbuka, lebih mengharapkan anak ketiganya, Putri Maha Chakri Sirindhorn (52), yang menjadi ahli waris takhta Raja Bhumibol Adulyadej.
Semasa muda, pada tahun 1984, Putri Sirindhorn (29) berkunjung ke Indonesia selama dua pekan atas undangan Pemerintah Indonesia. Dan, pribadinya dianggap sangat mengesankan. Ia ikut menabuh gamelan dan memetik kecapi. Kehidupannya sebagai putri raja tidak mengubah pribadinya yang bersahaja.
Anak pertama Raja, Putri Ubol Ratana (56), mahasiswa Massachussetts of Technology, pernah dikucilkan karena menikah dengan warga Amerika Serikat. Namun, Putri Ubol Ratana yang semua gelar kerajaannya dicabut kemudian diterima kembali di Istana. (JL)
Sumber : Kompas, Rabu, 5 Desember 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment