Jun 20, 2009

Aronian Levon, Menghitung Lebih Cepat dari Komputer

Aronian Levon, Menghitung Lebih Cepat dari Komputer
Oleh : Pepih Nugraha

”Aronian adalah pemain catur kilat yang amat kuat, mustahil mengalahkannya kalau tidak cukup banyak waktu berpikir. Dia punya bakat besar, kuat dalam berbagai sisi. Misalnya, ia bisa menghitung banyak varian secara brilian. Otaknya lebih hebat dari komputer....”

Itulah komentar Darmen Sadvakasov, pecatur Kazakstan yang dikalahkan Levon Aronian, juara dunia catur baru asal Armenia, pada babak dua Piala Dunia Catur FIDE di Khanty-Mansysk, Rusia. Juara Kazakstan ini dilumat Aronian 2-0 langsung.

Bagaimana hebatnya Aronian dalam berolah pikir, masih digambarkan Sadvakasov dalam peristiwa berikut ini: saat para pecatur elite berbagai negara mendiskusikan sebuah posisi amat rumit pada kejuaraan yang dimulai 26 November hingga 17 Desember itu, datanglah Aronian. Selintas dia melihat papan catur dan menawarkan ”langkah aneh” yang saat itu menjadi bahan tertawaan dan olok-olok pecatur lainnya.

”Diam-diam saya analisis ’langkah nyleneh’ Aronian di komputer. Alangkah terkejutnya karena analisis komputer menyebutkan, langkah itulah yang paling baik,” ujar Sadvakasov yang meramal Aronian bisa menembus babak empat atau lima. Dan, ramalannya meleset, sebab Aronian melaju sampai babak tujuh alias babak final, bahkan keluar sebagai juara dunia baru.

Karena kehebatannya itulah di kalangan sesama pecatur dia dijuluki ”Chip Tactician” karena mampu mengalkulasi posisi seperti chip komputer. ”Tidak jauh dari kenyataan, bukan?” seloroh Aronian soal julukannya itu.

Di babak final dia mengalahkan mantan juara dunia asal Ukraina, Ruslan Ponomariov, 3-1. Lawannya ini dikenal sangat solid dalam pertahanan. ”Ini membuktikan saya gembira bermain catur,” kata Aronian seusai menjadi juara dunia baru kepada situs FIDE.

Kini dia menyejajarkan dirinya dengan juara dunia catur format knock out lain, seperti Viswanathan Anad, Alexander Khalifman, Rustam Kasimdzhanov, Anatoly Karpov, Ruslan Ponomariov, dan Veselin Topalov.

Belum mau menikah

Dilahirkan di sebuah desa di Armenia, 6 Oktober 1982, Aronian mengenal catur dari kakak perempuan tertuanya saat berada di Belarusia. Aronian segera tertarik catur dan saat kembali ke Armenia, ayahnya memasukkannya ke sekolah catur. ”Saat itu saya serius belajar catur,” kenangnya.

Meskipun mengajarinya bermain catur, kakak perempuannya itu tidak sungguh-sungguh, walaupun suaminya seorang pecatur amatir. Sampai sekarang kakak perempuannya itu masih betah berlama-lama duduk di depan internet guna bermain catur cepat dengan lawan-lawannya di seluruh dunia.

Saat menginjak remaja, ia tergila-gila buku karangan pecatur Denmark, Bent Larsen, 50 Unforgetable Games yang ia baca sampai berulang-ulang. Gaya menyerangnya terinspirasi oleh mantan juara dunia Bobby Fischer yang dia anggap sebagai pecatur terhebat di abad modern. Sebaliknya, dia tidak menyukai hal-hal yang berbau Garry Kasparov, mantan juara dunia lainnya.

Pada Oktober 2005, Elo rating Aronian 2.724, yang menempatkannya sebagai sepuluh pecatur terbaik di dunia dan pecatur nomor wahid di seantero Armenia.

Uniknya, saat dia menjadi juara dunia kelompok usia di bawah 12 tahun di Szeged tahun 1994 dengan nilai delapan dari sembilan partai, lawan-lawan yang dihadapinya di enam belas besar adalah lawan-lawan yang sama saat di Szeged. Sebut saja Ruslan Ponomariov (final); pecatur Perancis, Etienne Bacrot (semifinal); pecatur Spanyol, Francisco Vallejo Pons (perempatfinal); dan pecatur Rusia, Alexander Grischuk, yang dikalahkan oleh Ponomariov di semifinal.

Tahun 2002 saat berusia 20 tahun, Aronian kembali menjadi juara dunia yunior dengan nilai 10 dari 13 partai. Saat itu dia mengungguli para pecatur yang juga termasuk 128 peserta Piala Dunia ini, antara lain Luke McShane, Surya Sekhar Ganguly, Artyom Tomofeev, Bu Xiangzhi, dan Pentala Harikrishna. Pada kejuaraan dunia FIDE tahun 2004, Aronian hanya mampu maju ke babak ketiga sebelum dihentikan Pavel Smirnov.

Kini Aronian tinggal di Berlin, Jerman, meninggalkan Armenia untuk sepenuhnya berkonsentrasi ke catur yang kejuaraannya memang banyak diselenggarakan di daratan Eropa. Meski demikian, dia mengaku tidak bisa bahasa Jerman, hanya mengerti sedikit.

”Saya mengerti bahasa Inggris dan Jerman, tetapi saya hanya bicara bahasa Rusia,” kata Aronian.

Kini usianya 23 tahun jalan. Dia mengaku belum mau terburu-buru menikah. ”Ayah saya saja mengenal ibu saya saat berusia 28 tahun,” kilahnya.

Saat ditanya untuk apa hadiah Rp 1 miliar yang diperolehnya, dia mengaku belum tahu. ”Bagaimanapun, saya punya banyak saudara,” kata Aronian yang dengan jawabannya itu tentu akan berbagi kebahagiaan dengan keluarga besarnya nun jauh di Armenia.

Sumber : Kompas, Rabu, 21 Desember 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks