Jun 17, 2009

Akbar Ganji, "Wartawan Jihad" Iran

Akbar Ganji, "Wartawan Jihad" Iran
Oleh : ST Sularto

Aula Kremlin State Palace yang luas di dekat Lapangan Merah, Moskwa, tanggal 5 Juni 2006 siang, ibarat mau rubuh. Mata dan perhatian lebih dari 2.000 peserta Kongres Surat Kabar Sedunia Ke-59 (59th World Newspapers Congress) mengarah ke podium. Mereka bertepuk tangan dengan penuh semangat sambil mengacung-acungkan tangan.

Saat itu di podium, Akbar Ganji (46) mengangkat tinggi-tinggi piala Pena Emas (Golden Pen Award) yang berbentuk pena—penghargaan tahunan yang diberikan World Association of Newspapers (WAN) dan World Editor Forum, dua lembaga urusan surat kabar yang hari itu memulai kongresnya ke-59. Aula tenang kembali ketika Timothy Balding—Direktur WAN—mempersilakan mereka duduk. Itu pun perlu dia lakukan berkali-kali.

Siapakah Akbar Ganji yang menyedot perhatian publik ini? Asal usul dan lingkungan keluarganya kurang dibuka, kecuali nama istrinya: Massoumeh Shafiie. Informasi tentang Ganji setelah dibebaskan amat sedikit, kecuali dia memang terus menulis dengan kritis tentang kebijakan pemerintahnya, Iran.

"Masyarakat tidak memperoleh kebebasan dari tekanan kekuasaan hanya dengan menulis. Keyakinan tanpa tindakan bukanlah keyakinan," begitu salah satu penggalan kalimat esai terakhirnya, terbit 20 Mei 2006 yang dirilis dalam situs web FreeGanji.

Yang dikenal dunia Barat kemudian, wartawan investigatif kelahiran Iran itu mengalami kekerasan atas tulisan-tulisan kritisnya mengenai pemerintahnya. Ganji dipenjara lebih dari enam tahun. Harry Kilman, juru bicara WAN, mengatakan, "Kami pilih Ganji karena ia mempertahankan kebebasan pers dengan pengorbanan luar biasa."

Kilman benar. Ganji yang baru dibebaskan 17 Maret lalu baru memperoleh paspor tanggal 16 Mei 2006, dan dengan itu ia datang ke Moskwa. Dia merupakan satu dari ratusan wartawan yang karena tulisan-tulisannya dipenjara oleh pemerintahnya sendiri.

Buku kumpulan tulisannya berjudul Dungeon of Ghosts terbit tahun 2000. Dalam esai-esainya itu, Ganji mengkritik tajam rezim pemerintahan Iran. Pemerintahan Iran melakukan pembunuhan terhadap intelektual dan penulis-penulis kritis. Ia ditangkap April 2000, saat kembali dari suatu seminar di Berlin yang membahas reformasi politik dan sosial Iran. Diadili dan divonis 10 tahun, akhirnya memperoleh pengurangan hukuman jadi enam tahun.

Ganji tidak jera. Saat di dalam penjara—sempat diselingi dua kali mogok makan yang mengakibatkan berat badannya tinggal 25 kilogram—Ganji menyelundupkan beberapa esai ke luar. Ia mengkritik sistem pemerintahan yang menyatukan agama dan negara di Iran. Esai-esai itu dimuat dalam koran-koran Barat dan dalam sejumlah blog internet.

Pada 25 Mei 2005, Ganji diizinkan keluar untuk berobat karena kondisi fisik buruk akibat mogok makan. Kesempatan ini dia gunakan untuk mengajak rakyat memboikot pemilihan presiden. Tanggal 11 Juni dia dijebloskan lagi ke penjara. Pemerintah bertindak keras dan bergeming. Pemerintah Iran mendiamkan saja usulan Uni Eropa, AS, maupun Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan agar Ganji dibebaskan. Baru tanggal 17 Maret lalu, Ganji bebas, itu pun karena masa hukumannya habis.

Siap dipenjara

"Mengapa Anda mengambil risiko berat?" tanya seorang wartawan saat konferensi pers di Moskwa. "Orang Iran punya hak untuk tahu," jawab Ganji. "Mungkin begitu sampai di Iran, saya dimasukkan ke penjara. Inilah harga yang harus saya bayar untuk demokratisasi dan hak asasi." Bersemangat diajak bicara soal demokrasi secara damai, Ganji tak suka ditanya soal masalah-masalah pribadi.

Kepada >f 9002f 9001< sesaat setelah penganugerahan, Ganji menyatakan "siap masuk penjara kembali". Mengenai kedatangannya di Moskwa, dia berkata, "Pemerintah saya tidak bisa melarang saya datang di Moskwa, tak bisa melarang negara lain atau institusi pers menghargai kelakuan saya"

Sebagai warga negara Iran, Ganji memang tidak mendukung tindakan Amerika Serikat melarang Iran mengembangkan senjata nuklir, sementara negara lain, seperti Rusia, India, Pakistan, dan Israel dibiarkan. Dalam hal ini ia setuju dan mengharapkan dunia bebas dari senjata nuklir.

Dibanding dengan orang pers yang merubunginya yang umumnya tambun-tambun, tampang tirus Ganji tampak menonjol. Membayangkan sepak terjangnya, teringat nama "wartawan jihad" Indonesia, Mochtar Lubis (almarhum). Esai-esai Ganji dalam bahasa Parsi, bahasa yang sama dia pakai saat menyampaikan pidato penganugerahan di Kremlin State Palace, itu bernada garang, mengentak, membius, dan membikin marah pemerintah; serupa yang dilakukan Mochtar Lubis.

Pandangan dan sikap hidupnya, antara lain bisa ditangkap dari pidato yang disampaikan seusai penganugerahan. Ganji yakin semua umat manusia mendambakan dunia yang manusiawi.

Dunia manusiawi macam apa untuk abad ke-21? Untuk memperoleh dasar berpijak tentang hubungan manusiawi, ia kutip pikiran filsuf Jerman, Imanuel Kant. Dunia yang manusiawi didasarkan atas kebebasan berekspresi sehingga setiap manusia memiliki kebebasan untuk mengembangkan hidupnya secara otentik. Semua bersumber dasar pada kebebasan universal, dengan begitu dicapai satu perdamaian yang abadi.

Sumber : Kompas, Selasa, 20 Juni 2006

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks