Oleh : Ani
Valentine memang hanya momen tahunan yang telah lama lewat. Namun, bisnis coklat yang biasanya kental dengan nuansa Valentine boleh jadi tidak lekang oleh jaman.Peluang itulah yang coba diraih pemilik Galeri Coklat, Indrayani Saridewi (28). Uniknya, coklat bikinan Indra, demikian alumnus Universitas Surabaya ini akrab disapa, bisa bergambar foto kita."Saya ingin lain dari kompetitor, agar mampu bersaing dengan produk manca negara," kata Indra kepada Kompas.Com.
Selain bisa bergambar foto, Galeri Coklat juga membuat coklat bergambar karakter tokoh kartun, dan Goody Bag . Produknya pun beragam, mulai dari coklat crispy, coklat gambar (Coklat Edible Image ), kurma raja (Kurma Lapis Coklat), Cold Brownies dan sebagainya. Adatnya, konsumen memesan coklat untuk souvenir ulang tahun, pertunangan, pernikahan, hantaran 1 bulan (manyek) maupun suguhan di acara acara arisan dan sebagainya.
Pemesanan cukup dilakukan melalui telepon ataupun email. Pemesanan coklat dengan foto atau gambar-gambar tertentu yang diinginkan, cukup dengan mengirimkan file dalam format JPEG melalui email dan hasilnya akan di kirimkan kembali untuk konfirmasi pemesanan. Indra mengklaim dapat mengirim pesanan coklat ke seluruh Indonesia tanpa perlu kuatir rusak karena dilakukan dengan pengemasan yang baik dan kurir yang terpercaya.
Semula, Indra memulai usaha ini 10 tahun lalu dengan nama Le Cadeau yang bergerak dalam bidang coklat, cake, parcel dan bunga. Karena produk coklatnya sangat digemari masyarakat, akhirnya Indra memutuskan untuk lebih fokus dengan usaha coklat."Saya tertarik dalam bisnis ini karena selama ini untuk mendapatkan coklat dengan kualitas yang bagus harus mengeluarkan uang lebih," ujar perempuan asal Surabaya ini.Mengikuti perkembangan jaman,
Indra membawa Galeri Coklat ke ranah maya pada bulan Mei 2008 (www.galericoklat. blogspot.com). Sejak itulah, Indra membuat segmen pasar tersendiri yang usahanya berganti nama menjadi Galeri Coklat.Untuk investasi awal, Indra mengaku hanya menggelontorkan Rp 10 juta yang dihabiskannya untuk membeli alat, cetakan dan bahan baku membuat coklat.
Sayangnya, Indra enggan blak-blakan masalah omset yang bisa diperolehnya. "Rahasia ya. Tetapi lumayan kok," ujarnya.Menjual Dengan StrategiMelalui website Galeri Coklat, Indra ingin menggaet pasar lebih besar.
Namun, kesulitan muncul karena tidak semua masyarakat di Indonesia khususnya di daerah dan kota kecil dapat memahami internet."Galeri Coklat kan tidak mungkin mencetak brosur ataupun katalog karena setiap minggu kami selalu mengeluarkan produk produk baru," kata Indra.
Untuk mengakalinya, Indra menjalin kerja sama dalam bentuk agen maupun re-seller. Dengan re-seller, setiap masyarakat dapat menjual kembali (re-seller) produk Galeri Coklat. Sedangkan untuk sistem agen, setiap agen berhak mendapatkan hak monopoli untuk daerah tertentu dengan pembelian sejumlah produk yang ditentukan.
Dengan begitu, daerah yang tidak dapat disentuh internet dapat diraih lewat agen dan re-seller. Selain itu, Indra juga menawarkan penjualan paket sampel. "Bila ada konsumen yang tertarik melalui informasi dari mulut ke mulut, bisa membeli sampel," kata Indra.
Menurut Indra, prospek usaha di bidang kuliner khususnya coklat sangat terbuka lebar. Banyak pengembangan dan inovasi produk yang masih dapat dilakukan dalam kreasi pembuatan coklat.
Galeri Coklat
www.galericoklat.blogspot.com0
0 comments:
Post a Comment