May 29, 2009

Hendro Dwi Sriyantono, Menyantap Untung dari Soto Ayam Kampung

Menyantap Untung dari Soto Ayam Kampung
Oleh : Rizky Herdiansyah

Salah satu makanan yang memiliki banyak variasi adalah soto. Hampir setiap daerah memiliki masakan bernama soto. Orang Madura mempunyai soto Madura, orang Sunda dengan soto Bandung, Soto Kwali Solo, Soto Betawi, Soto Medan, Soto Lamongan, dan masih banyak lagi. Uniknya, masing-masing mempunyai kekhasan dan citarasa yang khas.

Menu populer ini menginspirasi Hendro Dwi Sriyantono. Pada tahun 2006, ia membuka Soto Ayam Jolali di Jl. Barathajaya, Surabaya. "Di Surabaya, rata-rata orang suka soto," ujarnya. Untuk usaha ini, Hendro mengajak sepupunya, Lilik Hartono. "Modal awal kami waktu itu hanya Rp 5 juta," akunya. Mereka membuka usaha dengan konsep gerobak.

Soto Jolali menggunakan daging ayam kampung. Mulai dari dada, paha, ceker, jeroan, dan telur ayam. "Harga jual Rp 5.000 sampai Rp 7.500 per porsi," sebut Hendro. Harga tersebut tergantung isi dan sajian, misalnya nasinya dipisah atau campur. Soto Jolali memproduksi sendiri bumbu dan koya soto. "Kami punya tempat pengolahan bumbu," kata Hendro. "Sehari, kami bisa memproduksi 50 kilogram bumbu soto," tambahnya.

Di gerai Surabaya itu, dalam sehari, Hendro bisa menjual sampai 100 mangkuk sehari. Soto Jolali buka setiap hari dari pukul 7 pagi sampai 9 malam. Karena laris manis itulah, Hendro yakin bisa mengembangkan usahanya ini di luar Surabaya. Hendro ingin merek Soto Jolali juga terkenal di wilayah orang lain. "Makanya, kami ikut pameran waralaba di Jakarta tempo hari," katanya. Dari situ, dia menyadari banyak orang tertarik bermitra dengannya. "Respon positif mereka melegakan kami," ujarnya senang.

Tawarkan kemitraan

Hendro dan Lilik melihat peluang cukup besar mengembangkan bisnis soto ayam ini dengan pola kemitraan. "Maret 2008 lalu, kami mulai membuka kerjasama dengan pihak lain," ujarnya bertutur.

Baru buka Maret lalu, Soto Ayam Jolali telah mendapatkan tiga mitra di Surabaya, Sidoarjo, dan Jakarta. "Bulan depan, kami akan buka di Ciputat," imbuhnya, senang. Hendro menargetkan tahun ini bisa membuka 30 gerai. "Sudah banyak peminat ingin bekerjasama," tambahnya. Di menyebut calon mitra dari Jakarta, Karawang, Bogor, dan Banjar sudah antre menunggu.

Proses pengajuan kemitraan, kata Hendro, berlangsung selama satu hingga dua minggu. "Mulai dari informasi awal, pengajuan permohonan hingga pembukaan," ucapnya. Mitra wajib membayar 80% biaya kemitraan ketika meneken kontrak. "Sisanya dibayar saat pengiriman barang," tambahnya.

Soto Jolali memberikan pelatihan standar bagi mitra. Misalnya, menyangkut cara memasak, mengolah, menyajikan, melayani konsumen, hingga pemasaran. "Pelatihan dilakukan sampai dua hari sebelum mitra buka usaha," imbuh Hendro.

Sebagai investasi, mitra cukup membayar Rp 20 juta untuk tipe gerobak atau tenda, serta Rp 30 juta tipe konter dalam ruangan. Di luar itu, ada biaya survei dan pengiriman barang. "Semakin jauh dari Surabaya, semakin mahal biayanya," ujar Hedro. Biaya pengiriman perlengkapan dagangan sebesar Rp 500.000 hingga Rp 2,5 juta. Total modal mencapai Rp 21 juta hingga sebesar Rp 33 juta.

Dari modal tersebut, mitra mendapatkan perlengkapan seperti gerobak, tenda ukuran 3 meter x 3 meter, meja, dan kursi sebanyak empat set, mangkok soto, perlengkapan memasak dan menu lainnya. "Kami harus memastikan mitra mempunyai tempat usaha dulu," sebut Hendro. Tempat usaha tidak usah terlalu besar, minimal 3 meter x 3 meter. Selain itu, mitra harus merekrut karyawan sendiri.

Karena berupa kemitraan Jolali tidak mengutip royalty fee dan franchise fee. "Laba usaha menjadi milik mitra sepenuhnya," kata Hendro. Menurutnya, Soto Jolali mendapat keuntungan dari penjualan bahan baku ke mitra, seperti bumbu dan koyah. "Selain itu, kami bisa untung dari branding," ungkapnya. Mitra wajib memasang spanduk, stiker, dan material promo lainnya di tempat usaha. Karena tidak ada franchise dan royalty fee, Jolali menjaga mitra usaha tidak menjual brand ke pihak lain. "Surat perjanjian melarang menjual Soto Jolali ke pihak lain tanpa persetujuan kami," ungkap Hendro.

Jolali menghitung proyeksi omzet mitra usaha rata-rata mencapai Rp 15 juta per bulan. Sementara, keuntungan bersih yang diperoleh senilai Rp 5,2 juta per bulan. "Total pengeluaran sebulan sekitar Rp 10 juta," kata Hendro. Pengeluaran itu meliputi biaya operasional, seperti gaji karyawan, sewa tempat, listrik dan air, senilai Rp 2 juta. Sedangkan pengeluaran pembelian bahan baku sekitar Rp 8 juta.
Hendro tidak melarang mitra membeli bahan baku selain bumbu dan koya soto dari tempat lain. "Misalnya ayam, beras, sayuran, dan telur," ujarnya. Tapi, dia membuat standardisasi bahan baku mana yang cocok diolah di Soto Ayam Jolali.

Hendro bilang, prospek kemitraan Soto Jolali masih cukup bagus. Walaupun beda daerah, katanya, rasa dan kualitas soto cocok dengan orang-orang dari daerah mana pun. "Selain itu, juga banyak warga Jawa Timur yang merantau ke seluruh Indonesia," ucapnya.

===============================

Soto Ayam Jolali
Jl. Barathajaya, Gg 20, Barathajaya, Surabaya, Jawa Timur.
Telepon: 0817 03175970.

Sumber : Kontan, Senin, 30 Juni 2008

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks