May 28, 2009

Afif Firdaus, Menguliti Keuntungan dari Pengolahan Kulit Rajungan

Menguliti Keuntungan dari Pengolahan Kulit Rajungan
Oleh : Francisca Filana

Makanan dan minuman yang mengandung pengawet kimia terbukti bisa mengakibatkan penyakit kanker. Alhasil, kini, produsen makanan dan minuman berlomba mencari bahan pengawet alami. Salah satu pengawet alami yang kini banyak dipakai adalah kitosan yang terbuat dari kulit udang atau kulit rajungan.

Rajungan sudah lama menjadi menu seafood favorit. Daging rajungan yang tersembunyi dibalik kerasnya kerapas atau cangkang binatang itu, sungguh lezat terasa di lidah. Rasanya gurih, empuk dan mak nyus.

Selain dagingnya, cangkang rajungan ternyata juga sedang menjadi primadona. Rupanya, kulit rajungan mengandung kitosan. Ini adalah sejenis zat yang bisa digunakan sebagai bahan pengawet makanan.

Selain itu, produsen kosmetik pun mulai memanfaatkan kulit rajungan itu. Sebab, cangkang rajungan juga mengandung zat yang berfungsi sebagai fungisida atau bahan anti jamur.

Walhasil, kini ekspor kulit rajungan menjanjikan peluang besar. Afif Firdaus, pengusaha kulit rajungari, menyatakan bahwa permintaan kulit rajungan makin meningkat. Harga jual limbah kulit rajungan juga lumayan tinggi.

Pemilik PT Alam Amanah itu menjual kulit rajungan Rp 1.500 per kilogram kepada beberapa eksportir kulit rajungan di Pulau Jawa, dan Rp 2.500 per kilogram kepada eksportir di Lampung. Selain memasok kepada para eksportir, Afif juga menyetor berton-ton kulit rajungan ke beberapa pabrik kosmetik di dalam negeri.

Afif biasanya membeli sekilo kulit rajungan Rp 700 sampai Rp 1.000 dari para pengumpul kulit rajungan. Dia mendapatkan pasokan limbah kulit rajungan dari peternak rajungan di Madura dan Nusa Tenggara Timur.

Dalam sepekan, Afif bisa mengirim 5 top kulit rajungan ke pemesan. Sayang, bisnis kulit rajungan ini terbentur ketersediaan pasokan. "Pasokan sering seret," tandasnya.

Pengolahan limbah kulit rajungan sehingga layak jual tergolong sederhana. Afif cukup mencuci kulit rajungan itu sampai bersih dan lantas menjemurnya sampai kering betul. "Kulit atau cangkang rajungan yang bagus untuk ekspor adalah kulit rajungan yang besar-benar kering," katanya.

Zulkifli, pemilik CV Mikro Alam Lestari di Lampung menambahkan, panen rajungan memang jarang, hanya dua kali dalam setahun yakni pada Juni dan Desember. Kendati begitu, jika melihat tingginya permintaan, usaha kulit rajungan memang menggiurkan.

Setiap pekan, dia mampu menjual 5 ton kulit rajungan. Alhasil, pengusaha yang sudah merintis bisnis kulit rajungan sejak 1996 ini mampu mengumpulkan pendapatan kotor sekitar Rp 1,2 juta per pekan. "Permintaan sebenarnya lebih besar. Tapi, yang terkumpul cuma itu," imbuhnya.

Menurut Zulkifli, eksportir yang membeli kulit rajungan darinya, kebanyakan mengekspornya ke Jepang. Biasanya untuk campuran pakan ternak yaitu konsentrat.

Sumber : Kontan, Jumat, 12 September 2008

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks