Jun 6, 2009

Paulus Watang : Mesin Multiguna Paulus Watang

Mesin Multiguna Paulus Watang
Oleh : Kornelis Kewa Ama

Terinspirasi banyaknya tumpukan besi bekas di sejumlah areal Kota Kupang, Paulus Watang pun kemudian menciptakan mesin produksi multiguna. Produk mesin ciptaannya yang sudah dipatenkan ini disesuaikan dengan kebutuhan, entah untuk menghasilkan tepung dalam berbagai tingkatan; sangat halus, kurang halus atau pelet.

Ketika ditemui di kediamannya di Jalan WJ Lalamentik, Kota Kupang, Selasa (20/3), Paulus Watang tengah sibuk merakit sebuah mesin hasil temuannya di depan rumah tinggalnya.

"Mesin ini telah dipesan Kantor Perwakilan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) di Naibonat, Kabupaten Kupang. Ada 58 tipe mesin yang saya rancang, tetapi yang dipopulerkan baru tipe 1. Tipe berikutnya akan menyusul," kata Watang.

Mesin penggiling multiguna dengan mekanisme pisau putar ini diciptakannya tahun 1999 dan dipatenkan sebagai hak cipta pribadi pada 15 Agustus 2003 di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI. Nomor permintaan paten: P 002 003 004 10.

Pengajuan hak paten itu dilakukan pada tahun 2000. Butuh waktu hampir empat tahun karena pihak pemberi hak paten harus menyosialisasikan temuan tersebut ke masyarakat. Ternyata tidak ada pihak lain yang mengklaim hasil temuan itu sehingga disahkan sebagai hasil karya pribadi Paulus Watang.

Lulusan SMA Santo Aquinas Ruteng 1983 itu menyebutkan hasil temuannya bernama "Palwa", diambil dari kependekan nama dirinya, Paulus Watang.

Sistem kerja mesin Palwa tipe 1, yakni menarik, membelah, memarut, menyaruk, menghaluskan, melempar pada dinding. Mesin ini mampu menggiling bahan basah maupun kering untuk menghasilkan empat produk, yakni tepung, hancur, bubur, dan pelet.

Pemanfaatannya, bisa untuk usaha kesehatan, peternakan, perikanan dan tumbuhan laut, perindustrian, pertanian dan seterusnya.

Paulus, anak pasangan Hau To Tjiau dan Go Se Moe yang lahir pada 26 Juni 1966 ini, mengaku semula tergelitik melihat tumpukan besi-besi tua yang seperti terbuang percuma. "Berhari-hari saya amati beberapa tumpukan besi tua. Sayang amat, besi-besi ini terbuang begitu saja," tuturnya.

Suami Lusia Hoa ini lalu membuat gambar dan mengkaji batangan besi tua. Tiga tahun kemudian ia melahirkan sebuah mesin sederhana, tetapi mesin hasil karyanya itu dinilainya belum berfungsi maksimal.

Paulus yang berasal dari Kabupaten Manggarai, Flores, ini sampai tiga kali melakukan uji coba mesin ciptaannya. Sasarannya tetap sebagai mesin penggiling multiguna.

"Saya coba menggiling batang jagung, jerami, pisang, rumput gajah, gaplek, dan jagung biji. Semua yang bersifat biji-bijian, daun-daunan dan batang dapat digiling menjadi sangat halus, menghancurkan, menjadi pelet untuk burung, atau jenis tepung. Tergantung kebutuhan dan manfaatnya," ujarnya.

Tidak hanya untuk sektor pertanian dan perkebunan, mesin giling tipe 1 ini mampu menggiling tulang belulang seperti tulang ikan dan tulang hewan lain menjadi sangat halus untuk berbagai keperluan, seperti obat-obatan, bahan pengawet, kosmetik dan seterusnya. Bisa juga untuk bikin dendeng, abon, daging giling, daging asinan, dan lainnya. Kotoran hewan pun dapat dijadikan tepung serta pupuk kandang.

Mesin tipe ini cocok untuk daerah NTT yang kering dan gersang. Selain bisa dipakai untuk memproduksi pupuk kompos, pupuk kandang, menggiling tanah untuk kebutuhan polybag, mesin ini juga bisa untuk menggiling batang jerami, rumput gajah, batang jagung, batang pisang, jerubung, gaplek, jagung, padi, dan jenis tumbuhan lain.

Mesin giling yang digerakkan dengan diesel ini menggunakan bahan bakar solar. Kapasitas produksi mesin ini per jamnya mencapai 350-700 kg untuk bahan jenis basah dengan kebutuhan satu liter solar, sedangkan bahan giling kering butuh 700-1.200 kg per liter solar.

"Saya berusaha agar pengguna mengeluarkan biaya sekecil mungkin, tetapi produksi sebanyak mungkin," kata Paulus.

Meski baru dipatenkan tahun 2003, mesin multiguna hasil produksinya sudah mulai diminati masyarakat di NTT. Lima unit mesin tahun 2004 dikirim ke Timor Leste; tiga unit ke Flores, di pesan pengusaha ternak babi untuk pengolahan makanan babi; satu unit dibeli Keuskupan Agung Kupang; satu unit dipesan pengusaha dari Lombok, NTB; dan dua unit lagi dipesan perwakilan BPPT Naibonat, NTT.

Bahan baku Palwa, selain besi bekas yang berkualitas, juga bahan baku pabrik didatangkan dari Surabaya. Pemesanan bahan baku tergantung kebutuhan. Makin besar permintaan makin besar pula bahan baku.

Paulus Watang telah menghadap Gubernur NTT Piet Tallo menyampaikan hasil temuannya itu, tetapi belum juga mendapat tanggapan.

Mesin multiguna seperti itu, menurut Watang, ada baiknya dimiliki para petani, peternak, dan nelayan di setiap kecamatan atau desa. Tak perlu banyak-banyak. Satu unit mesin untuk dua desa, itu saja sudah cukup.

* Cita-cita: Melalui mesin temuannya, kesejahteraan masyarakat NTT dapat terangkat.

Sumber : Kompas, Jumat, 23 Maret 2007

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks