Tiga Kemampuan AB Susanto
Oleh : Tonny D Widiastono
Tutur katanya yang mengalir lancar dan runtut serta senyum yang selalu tersembul membuat suasana menjadi amat menyenangkan bila berbincang-bincang dengan Alfonsus Budi Susanto. Pria kelahiran Yogyakarta, 9 September 1950, ini fasih berbicara mengenai kesehatan, terutama diabetes, manajemen, dan berlian. Hal yang terakhir ini jarang dimiliki orang Indonesia.
Lulus SMA de Britto Yogyakarta tahun 1969, pria yang akrab disapa "Mas AB Susanto" ini langsung meninggalkan keluarga besarnya yang tinggal di Pakuningratan-Yogyakarta, terbang ke Jerman belajar kedokteran di Universitas Bonn, dilanjutkan ke Universitas Duesseldorf. Gelar doktor untuk Endrocrinology-Diabetology diraih dari Universitas Duesseldorf.
"Selama di Jerman, saya sempat menjadi research assistant pada Diabetes Research Institute di Universitas Duesseldorf, tahun 1973 hingga 1976. Tahun 1976 sampai 1978 saya menjadi medical doctor di Rumah Sakit Ratingen, Rumah Sakit Marien, dan Klinik Diabetes Bad Oeyhansen. Di Bad Oeyhansen inilah orang-orang terkenal di seluruh dunia berobat, termasuk Pak Habibie, Pak Harto, para pangeran dari Timur Tengah," tuturnya diselingi tawa riang.
Dokter manajemen
Meski sudah hidup enak di Jerman, pria yang mencintai golf ini memutuskan pulang ke Indonesia. Tahun 1978, ia diterima di Scheering AG Indonesia sebagai direktur medis hingga 1983. Karena tugas-tugasnya banyak bersentuhan dengan manajemen, dan untuk menambah wawasan, AB Susanto mengambil Program Ekstensi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
"Ternyata, ilmu manajemen membuat saya terlena. Padahal, sebagai anak mbarep (sulung) dari 11 bersaudara, langkah awal saya banyak diikuti adik-adik. Bahkan, adik kelima mendirikan Rumah Sakit Ludiro Husodo di Yogyakarta," ujar pria yang selalu tampil perlente ini.
Klien pertamanya adalah perusahaan berlian De Beers. Saat itu AB Susanto dipercaya memberikan konsultasi mengenai pemasaran perhiasan itu di Indonesia. Debut ini mengantarnya untuk berkenalan dengan sejumlah perusahaan swasta dan BUMN. Karena itu, sejak 1984 hingga kini, AB Susanto mengibarkan lembaganya, The Jakarta Consulting Group (JCG), Partner in Change dengan moto "Our Goals is to Assist our Clients to Achieve Theirs".
Sepak terjangnya dalam dunia jasa manajemen segera membawa pria yang suka memakai kemeja putih dengan frenchcuff di lengan, lengkap dengan manset, itu bukan orang asing di kalangan pelaku bisnis Indonesia. Bahkan, banyak pengusaha melihat AB Susanto sebagai "dokter" spesialis manajemen.
Dari kantornya di Wisma 46-Kota BNI, AB Susanto dibantu 35 tenaga staf banyak memeriksa, mendiagnosa, mengobati, dan memperbaiki berbagai penyakit yang diderita perusahaan. Sejumlah perusahaan yang pernah ditangani antara lain Matahari Department Store, Accer Computer, De Beers, Telkomsel, dan Gudang Garam.
Kunci utama dalam menangani perusahaan-perusahaan itu adalah menjaga kerahasiaan. Berbekal pendidikan kedokteran dan manajemen, AB Susanto amat terbantu dalam mendiagnosa, "meracik" obat bagi perusahaan yang menjadi pasiennya. "Saya bisa mempelajari kasus dari berbagai sisi," ujar suami Suhartati ini.
Dan kalau sekarang JCG sudah mulai dikenal luas, itu tidak datang dengan sendirinya. Kerja keras dan ketekunan membuat JCG bisa terus berkibar. Bahkan, suatu saat, ia pernah harus bekerja hingga 500 jam per tahun untuk memenuhi permintaan 16 proyek kliennya.
Meski waktunya banyak tersita untuk memikirkan perusahaan-perusahaan agar kembali hidup sehat, energinya seolah tak pernah habis. Sejak 1997 hingga sekarang, AB Susanto juga produktif melahirkan buku-buku manajemen. Selama 10 tahun ini AB Susanto melahirkan sekitar 40 buku.
Belum lagi berbagai aktivitas lain seperti menjadi anggota Unicef Indonesia sebagai National Corporate Advisory Council, Ketua Dewan Pengawas Yayasan Mahatma Gandhi, anggota Dewan Pakar Asosiasi Manajer Indonesia, dan pengajar program magister manajemen di berbagai universitas.
Ahli berlian
Seperti konsultan lain, doktor di bidang endikronologi dan diabetologi ini juga bergelar master of arts lulusan UI. Dan keahlian lain yang jarang dimiliki kebanyakan orang adalah kemampuannya menilai berlian.
"Ah, itu kan kebiasaan dari keluarga. Orangtua saya berjualan emas di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Dari sana, saya mengetahui berlian yang bagus atau tidak. Selain itu, ketika di Jerman, saya sempat belajar di Diamond Graduation di Gemmological Institute of Idar Oberstein, Jerman," tutur pria yang selalu tampil segar ini.
Kemampuannya sebagai ahli berlian ini juga diikuti dua putrinya, Yohana dan Patricia, yang juga meraih sertifikat sebagai gemologist.
Melihat begitu padatnya acara yang harus dijalankan, lantas kapan istirahatnya?
"Saya menjalani hidup ini dengan santai, tidak perlu memaksa diri," tutur AB Susanto yang mengaku gemar membaca novel karya John Grisham dan Sydney Sheldon.
Sumber : Kompas, Senin, 12 Maret 2007
Jun 7, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment