May 29, 2009

Wahyu Aditya : Aditya, Animasi dan Ambisi Solusi

Aditya, Animasi dan Ambisi Solusi
Oleh : Amir Sodikin

Masih muda, arek Malang, Jawa Timur, ini sudah melanglang buana gara-gara hobi nakalnya sejak sekolah dasar. Saat itu Wahyu Aditya selalu menggambar kartun atau membuat komik. Dia jarang memerhatikan pelajaran. Apalagi, ia didukung teman-temannya yang menjadi pelanggan setia komik buatannya.

Hobi nakalnya itu ketika dia dewasa terus mengalirkan kreativitas untuk menekuni dunia animasi. Berbagai penghargaan telah dia sabet, satu di antaranya International Young Screen of The Year (2007) dari British Council yang berpusat di London, Inggris.

Adit berhasil mengalahkan finalis lain dari sembilan negara, seperti India, China, Brasil, Polandia, Slovenia, Lituania, Nigeria, dan Lebanon. Penghargaan itu bukan melulu ditujukan pada keahlian Adit dalam membuat film animasi, tetapi lebih pada konsep industri animasi.

"Konsep saya one stop cinema, jadi ada sekolah, ada industrinya, dan ada tempat menampung karya-karya itu. Bagi yang belum bisa membuat animasi, dia bisa sekolah di tempat saya. Bagi yang sudah bisa, dia bisa memamerkan dan memasarkan produknya di tempat sama," kata lulusan KvB Institute of Tech, Sydney, Australia, ini.

Adit yang pernah menyabet gelar mahasiswa terbaik KvB Institute ini tak cuma obral ide. Ia sudah melaksanakan konsep itu dalam skala menengah. Ia mendirikan Hello;motion (http://www.hellomotion.com) yang berlokasi di Tebet, Jakarta Selatan.

Hello;motion selain menjadi gerakan film dan animasi Indonesia, juga mengelola pendidikan animasi. Di bidang industri animasi dan pameran, dia telah menggelar Hello;fest, festival film animasi di Indonesia yang sekarang masuk tahun keempat.

Hello;fest juga menjadi wadah berkumpulnya para animator Indonesia. Hingga kini sudah terkumpul sekitar 600 film animasi. Karya mereka bisa dilihat di http://www.youtube.com/hellofest.

Hobi menggambar

Sejak SD dia hobi menggambar. Acara di TVRI bersama Tino Sidin tak pernah dia lewatkan. "Saya selalu nungguin acara itu, untuk melihat apakah karya saya dibacakan atau tidak. Tiga kali saya ngirim gambar tak pernah dibacakan. Walau demikian, Tino Sidin tetap pahlawan saya," ceritanya.

Sampai-sampai Adit suka mengenakan kaus bergambar pahlawannya itu. Katanya, Tino Sidin telah menjadi pahlawan dari masa kecilnya, dan tetap menginspirasi dia sampai sekarang.

Adit kecil sudah memikirkan bagaimana menghibur teman-teman. "Saya sering dipasok buku kosong dari teman-teman, disuruh ngisi, biasanya saya isi cerita-cerita komik karangan saya," katanya.

"Kalau guru sedang mengajar, saya enggak memerhatikan karena asyik menggambar," kenangnya. Adit biasa membuat cerita dengan karakter teman-temannya. Dari sinilah bakat storytelling-nya dimulai.

Untuk mendekati geng sekolah, dia pernah membuatkan komik dengan karakter anggota geng itu sehingga dia bisa diterima di lingkungan mereka. Hampir semua yang dia gambar disisipi cerita.

Komik karya Adit dibaca dari meja ke meja. Hobi itu kelak sangat membantu Adit dalam membuat karakter, jalinan cerita, timing, dan komposisi yang sangat membantu dalam membuat animasi.

Ketika SMP, dia sudah main grafis dan membuat tabloid sekolah. Masuk SMA, ia mengenal komputer dengan software favorit Photoshop. Hobinya makin terasah, terutama dalam desain, mulai dari desain logo, layout bulletin, desain kaus, sampai koran mini buatan sendiri.

Adit akhirnya merasa jenuh dengan karya statiknya. "Enggak ada suara, enggak bergerak. Saya bosan dan mulai memikirkan animasi."

Dia melirik animasi sejak kelas tiga SMA. "Dulu, di buku pelajaran itu kan ada nomornya. Nah, saya buat gambar animasi di tempat itu, kemudian di-roll sehingga jalan seperti animasi bergerak," ujarnya.

Lulus dari SMA, orangtua memberi kesempatan dia kuliah di KvB Institute of Tech Sydney untuk mendalami multimedia, mulai dari grafis, animasi, sampai proses produksi televisi.

"Mau melanjutkan S-1, tetapi ada tawaran dari TransTV yang waktu itu baru berdiri. Saya pengin cari pengalaman dulu bagaimana membuat animasi yang benar," katanya.

Tahun 2004 Adit keluar dari TransTV. Ia mendirikan Hello;motion. Dengan adanya institut terpadu yang mengajarkan desain, film, dan animasi, ia berharap bisa mencetak para animator andal. "Jadi, mereka enggak perlu belajar jauh seperti saya."

Di bidang produksi animasi, dengan Dapupu Project, ia melanjutkan pembuatan film animasi berdurasi panjang, The Micro Squad, dengan mengambil karakter mikrobia.

"Ide ini terinspirasi dari ayah saya, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Dia ahli mikrobiologi," kata anak kedua pasangan Prof Dr Sanarto Santoso dan Tri Astuti ini. Walaupun belum jadi, The Micro Squad sudah memenangi berbagai penghargaan.

KDRI

Hobi mendesain logo sejak SMA mengantarkan Adit terus menekuni desain. Ditambah rasa isengnya yang tinggi, dia mendirikan KDRI: Kementerian Desain Republik Indonesia. Website-nya bisa dilihat di http://www.kdri.web.id.

Terdengar politis, tetapi sebenarnya tidak. Ide orisinalnya lebih pada dagelan satire. Ini bermula dari kebosanan dia terhadap perilaku pemerintah dan citra buruk Indonesia di mata dunia.

Ia berharap lewat desain berkualitas bisa mengharumkan nama Indonesia. Di KDRI, Adit membuat karakter Mas Gembol yang menjadi Menteri KDRI merangkap kurir.

Dalam web http://www.petitionOnline.com, ia membuat petisi untuk mengganti kata pemerintah menjadi kata pembina. Intinya, rakyat sudah bosan diperintah, rakyat butuh dibina (govern). Sudah 204 penandatangan petisi ambil bagian.

KDRI cukup menyengat perilaku feodal pemerintah dan jajaran pengurus organisasi atau perusahaan publik. Ia meyakini, desain yang bagus akan memengaruhi pencitraan dan kinerja lembaga.

Jika tak percaya, kunjungi situsnya, lalu klik menu Negeri di sisi kiri yang memuat contoh desain logo beberapa lembaga ternama yang sudah diredesain, mulai dari PSSI, Gegana, PLN, hingga logo daerah. "Desain itu solusi mencitrakan diri," ucapnya.

Sumber : Kompas, Sabtu, 17 November 2007

***

Meraih Bisnis dari Idealisme Seni
Oleh : Ani

Seni ternyata bisa berkembang menjadi bisnis dan menghasilkan untung triliun rupiah tiap tahunnya. Awalnya Wahyu Aditya memiliki hobi menggambar sejak kecil. Keinginannya hanya ingin menghibur orang lain lewat gambar dari imajinasinya. Hobinya itu berlanjut di bangku kuliah dengan mengambil jurusan multimedia, dan kini Aditya membuka bisnis yang bergerak dalam bidang animasi dan desain. "Waktu kecil saya lebih senang dibelikan kertas kosong daripada mainan," kata Adit, begitulan Wahyu Aditya akrab disapa.

Sebagai langkah awal, April 2004 Adit membuka kursus animasi dengan nama Hello Motion Academy. Semula, Adit mengaku ide membuka kursus animasi ini hanya iseng. Adit melontarkan gagasan ke teman-temannya di milis. Tak disangka banyak orang yang tertarik. "Saya nekat membuat pameran pendidikan di Jakarta, ternyata banyak orang yang mendaftar," ujarnya.

Alih-alih banyak yang mendaftar, Adit kebingungan karena waktu itu Hello Motion masih dalam bentuk brosur dan belum mempunyai tempat. Dia juga belum mempunyai modal usaha. Awalnya Adit sempat terpikir untuk meminjam modal usaha dari orang tua. Namun, akhrirnya dia memutuskan untuk mengajukan pinjaman dari bank Rp 400 juta. Modal usaha itu habis untuk sewa ruko tiga lantai di kawasan Tebet dan belanja peralatan komputer.

Celakanya, Adit juga tidak tahu soal bisnis dan bagaimana mengelolanya. Dunia usaha merupakan hal yang awam baginya. Untuk mengatasinya, Adit rajin membaca buku-buku bisnis yang berisi teori-teori terbaru pakar bisnis. Hasilnya, dia tetap sukses menjalankan roda bisnisnya hingga kini. Usahanya tumbuh subur. Kuota kelasnya selalu terisi penuh 40 siswa, ditambah daftar tunggu mencapai 30 orang.

Jumlah jurusan yung ditawarkan juga terus berkembang. Awalnya hanya ada tiga pilihan program studi yang ditawarkan. Yakni, animasi, graphic, dan digital movie. Sejak tahun 2007 lalu, Hello Motion menambah program studinya dengan editing."Kedepan saya ingin membuat kurikulum yang berjenjang, jadi lebih padat lagi," tutur pria kelahiran Malang ini.

Keuntungan usahanya juga terus terkerek. Tahun 2007 lalu, omzetnya mencapai Rp 1 miliar per tahun. Naik dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 800 juta. Adit mencoba menyasar kalangan anak muda dan mahasiswa. Pangsa pasar terbesarnya adalah mahasiswa dengan usia 18-28 tahun. Untuk kursus selama rata-rata 2,5 bulan, dalam 22 kali pertemuan, siswa dikenakan biaya sekitar Rp 3,7 juta.

Hingga tahun ini, Hello Motion telah berhasil menetaskan 600 siswa lulusan animasi. Karena tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan promosi di berbagai media, Hello Motion berkembang hanya dari mulut dan mengandalkan jualan dari internet. Selain membuka kursus, Adit juga mempunyai usaha rumah produksi. Meskipun belum menghasilkan karya layar lebar, tetapi karyanya sudah diakui komunitas film di Indonesia dan Asia.

Beberapa kali film pendek karya Hello Motion menjadi finalis berbagai kompetisi di Jepang, Korea, dan Amerika. Bahkan, Adiet juga pernah menyabet penghargaan tingkat dunia International Young Creative Enterpreneur of The Year (IYCEY) kategori Screen tahun 2007 lalu. Tak tanggung-tanggung, dia lantas mendapat dana proyek 7.500 poundsterling. "Uangnya untuk mengirim 3 staf pengajar untuk belajar animasi ke Inggris," tutur pria 28 tahun ini.

Ke depan, Adit mengaku ingin mengajak investor lain untuk lebih mengembangkan Hello Motion baik ke fasilitasnya maupun kurikulum. "Saya ingin membagi resiko perusahaan. Karena menjalankan usaha sendiri ternyata berat sekali," kata Adit. Saat ini, Adit mengaku sudah ada yang berminat untuk investasi tapi lebih ke arah franchise. Namun, Adit masih enggan memberikan franchise kepada pihak lain. Karena masih banyak resiko, katanya, terutama dalam hal kualitas yang tidak merata.

===========================

Hello Motion Academy
Jl Tebet Raya 45 c Jakarta
021- 83791952

Sumber : Kompas, Kamis, 21 Agustus 2008

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks