May 29, 2009

Ujang Kandar : Kerang Ujang Sampai ke Istana

Kerang Ujang Sampai ke Istana
Oleh : Josephus Primus

Ujang Kandar punya kesan tersendiri dengan perhelatan hari ulang tahun kemerdekaan ke-63 Republik Indonesia di Istana Negara, Minggu (17/8). Bukan karena dirinya bisa menyanyikan dengan lantang lagu Indonesia Raya di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bukan pula karena sosok pria yang tampak sederhana ini bisa menyaksikan pengibaran Merah Putih langsung di depan mata. Soalnya, nyatanya, Ujang memang tak hadir di peringatan akbar itu.

Tapi, tengoklah suvenir kenang-kenangan untuk anggota pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) dan para guru yang bertugas di daerah-daerah terpencil yang malahan hadir saat upacara tersebut. Buah tangan itu berbentuk hiasan aneka ragam kulit kerang bertabur butiran-butiran pasir pantai berukuran sekitar 11 cm x 45 cm yang terbungkus anyaman dari tikar pandan. "Ada 350 suvenir yang dibagikan," begitu kata salah seorang staf Rumah Tangga Kepresidenan, Taufik, saat kompas.com menghubunginya melalui telepon genggam, pekan lalu.

Ujang bersama sekitar 40 orang kawannya yang tergabung dalam Himpunan Perajin Pangandaran (HPP) sejak Mei lalu memang sudah bekerja keras. Mereka menyortir kulit-kulit kerang terbaik yang layak dipamerkan di kediaman resmi orang nomor satu di republik ini. Bahkan, kelompoknya itu mesti mendatangkan kerang mata lembu yang tampilannya cantik itu dari Situbondo, Jawa Timur. "Di Pangandaran sini memang jarang ada sekarang," tuturnya.

Langkah Ujang berikut karya tangannya hingga ke Istana Negara sejatinya adalah hikmah dampak tsunami yang melanda pantai tujuan wisata di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat itu tiga tahun lalu. Persisnya pada 16-17 Juli. Menurut data Pusat Penanggulangan Bencana, sedikitnya ada 170 korban jiwa dalam kejadian itu. "Usaha kerajinan kami pun sempat hancur karena tsunami," kata Ujang sembari mengenang peristiwa itu.

Memulai usaha kembali adalah tantangan sekaligus kesempatan bagi alumnus SMA Negeri I Pangandaran ini. "Saya memang melanjutkan usaha bapak yang dulunya memang perajin kerang," imbuhnya.

Lebih maju ketimbang rintisan sang bapak, Ujang memang sengaja berhimpun membuat perkumpulan dengan sesama perajin sejak setahun lalu. Upaya yang berangkat dari kesadaran untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik ini, khususnya pascatsunami, memang membuat pengusaha skala kecil seperti Ujang memperoleh banyak kesempatan untuk menjadi lebih baik.

Menurut pengakuan Ujang, dari berkumpul bersama dengan sesama perajin, dirinya bisa saling bertukar pikiran untuk memperbanyak variasi desain suvenir. Kerja sama seperti itu pun membuka peluang untuk menemukan pemasaran baru.

Sudah begitu, racikan kreativitas para perajin mampu mendongkrak harga jual suvenir. Sekarang, untuk suvenir ukuran seperti disebutkan di atas, harga per unit bisa mencapai lebih dari Rp 59.000. "Makanya, senang juga saya, suvenir ini bisa sampai ke Istana," kata Ujang.

Selain kelompok Ujang, ada juga Himpunan Pedagang Asin Pangandaran (HPAP), Himpunan Wanita Pedagang Keliling (HWPK), dan Organisasi Pedagang Ikan Segar Pangandaran (PISP). Kelompok-kelompok itu mengelola sendiri peluang dan tantangan. "Dengan ikut kelompok saya bisa membantu keuangan keluarga," kata Paenah anggota HPAP yang sehari-hari berjualan ikan asin di seputaran pantai Pangandaran.

Ujang mungkin tak memungkiri kalau tanggal 17 Agustus 2008 adalah hari keramat baginya. Hari yang boleh jadi justru makin menyentuh rasa di sanubari hatinya karena di bawah spanduk berlogo angka 63 berikut semboyan “Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Lanjutkan Pembangunan Ekonomi Menuju Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, Serta Kita Perkuat Ketahanan Nasional Menghadapi Tantangan Global”, harapan agar pemerintah makin menaruh perhatian kepada rakyatnya yang terbukti tahan terhadap goncangan badai bencana tak lagi berhenti di susunan kata. Tapi, kian jadi nyata. Semoga!

Sumber : Kompas, Sabtu, 16 Agustus 2008

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks