May 26, 2009

Putra Priyadi, Langganan Menu Stroberi Istana

Putra Priyadi, Langganan Menu Stroberi Istana
Oleh : Ahmad Nabhani

Lahir dari keluarga pengusaha sukses, ternyata tak membuat bisnis kuliner Putra Priyadi bisa langsung sukses. Ia rela mengawali usaha kulinernya dengan modal cekak, dan warung reot sederhana. Namun kini, usahanya telah bertumbuh pesat. Bahkan, Caffe Strawberry miliknya sudah berhasil menjadi langganan istana presiden.

Suasana di Jalan Tanjung Duren Barat III, Jakarta Barat, sungguh ramai di malam hari. Maklum di kawasan itu ada tempat biliar dan diskotik. Di antara ingar bingar suasana malam di situ, ada tempat yang hampir selalu dipadati anak muda. Ya, tempat itu adalah Cafe Strawberry.

Tampilannya kafe ini lumayan unik. Hampir semua bagian kafe menampilkan bentuk dan warna stroberi yang merah menyala. Tak hanya anak muda yang doyan nongkrong sambil menikmati hidangan yang juga bertema stroberi di kafe ini. Cafe Strawberry yang sudah lumayan kesohor itu punya banyak penggemar. Bahkan, menu olahan Cafe Strawberry ini sudah menjadi langganan acara-acara resmi istana presiden sejak tiga tahun silam.

Adalah Putra Priyadi, sosok yang berada di balik sukses Cafe Strawberry. Lelaki muda yang baru berusia 24 tahun ini lah yang punya ide melahirkan kafe bertema stroberi dan sukses pula membesarkannya.

Putra memang lahir dari keluarga berada. Orang tuanya punya hotel dan sebuah restoran di kawasan Puncak. Meski begitu, anak bungsu dari dua bersaudara itu ingin mandiri sedari dia masih kecil.

Idenya membuka kafe dengan nuansa stroberi berawal tahun 2004. Kala itu, tumbuhan stroberi mulai marak di kawasan Jawa Barat, begitu pula berbagai panganan yang berasal dari olahan buah yang berasa asam-asam manis itu.
Putra yang saat itu masih kuliah pun melihat peluang dan nekat membuka gerai makan bernama Waroeng Strawberry. “Saya memang suka makan stroberi. Makanya saya berani mengusung menu serba stroberi dengan cita rasa yang saya ciptakan sendiri,” ujarnya.

Dengan modal Rp 20 juta, dia menyewa ruko di kawasan Tanjung Duren. Ia yakin, Waroeng Strawberry miliknya akan menarik minat pengunjung. Tapi awalnya susah membuat pengunjung sudi mampir. Maklum, tempat usaha nya kala itu berada di lokasi terpencil dan terbilang kumuh. Apa lagi Putra membuat warung dari seng-seng bolong dan papan-papan tambal.

Agak aneh, memang. Karena datang dari keluarga mapan, harusnya Putra bisa membuka usaha yang lebih berkelas. Tapi, Putra menegaskan dia tak ingin bergantung pada keluarga dan ingin membuka usaha apa adanya. “Dengan modal sebesar itu, memang tak mungkin saya membuka usaha kuliner berkelas,” ujarnya.

Meski konsepnya bagus, untuk meyakinkan calon konsumen Putra tetap harus berjuang ekstrakeras. Dia bahkan harus membagi brosur di jembatan penyeberangan hingga area perkantoran. “Waduh dapat satu tamu saja saya sudah seneng banget. Mana mungkin orang mau mampir ke warung kumuh, meskipun menu stroberinya enak,” tandasnya.

Kala itu, Putra benar-benar takut dengan musim hujan. Pasalnya, musim hujan berarti banjir atau paling tidak tempat jualannya pasti bocor. Itu berarti, tamu tak mungkin datang. "Pokoknya, kalau hujan tiba, kita siap-siap sediakan ember untuk menampung air yang mengocor dari atap,” kenangnya.

Putra bahkan pernah mengalami peristiwa memalu?kan. Saat tamu datang pas lagi hujan, tiba-tiba seekor kucing jatuh langsung dari atap menimpa meja pengunjung. "Saya malu sekali. Untungnya pengunjung bisa memaklumi kondisi yang ada," katanya.

Tak heran, setiap akan menutup warung, Putra selalu menangisi kondisi usahanya. Baru buka, pengunjungnya sepi. “Kalau berbicara kesedih?an, saya tiap malam menangis dan berteriak keras saking stres. Orangtua marah-marah karena membuka usaha tanpa memikirkan resikonya,” kenangnya.

Untungnya, keluarga Putra tetap menyemangati. Mereka tidak mematahkan semangat Putra untuk jadi pengusaha.


Kafenya Bermenu Serba Stroberi

Putra memindahkan usahanya di tempat baru yang lebih layak. Ia membuat strategi pemasaran menarik seperti menyediakan berbagai permainan di Cafe Strawberry. Dipadu dengan layanan yang simpatik, pengunjung jadi puas dan betah berlama-lama di kafe milik Putra. Kepuasan pengunjung ini menjadi cara promosi paling efektif.

Lantaran tak tahan dengan kendala banjir dan lokasi yang kurang strategis, menjelang dua tahun masa kontrak tempat Waroeng Strawberry, Putra Priyadi nekat mencari tempat baru yang bebas banjir. Akhirnya, ia menemukan satu ruko yang lokasinya masih di kawasan Tanjung Duren. Ia menyewa tempat seluas 250 meter persegi itu dengan tarif Rp 5 juta per bulan.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, Putra merancang ulang strategi usahanya. Nama Waroeng Strawberry ia ganti dengan Cafe Strawberry agar lebih mentereng. Lantas, selain menggarap menu, Putra juga mulai menggarap ulang konsep kafe yang ingin ia tampilkan pada penikmat stroberi.

Salah satu cara Putra menarik konsumen adalah mengeluarkan berbagai koleksi mainan dari berbagai negara. Mainan itu ia taruh di tiap meja. Harapannya, sambil menikmati menu stroberi, para tamu bisa sekalian main kartu, congklak, monopoli, halma, karambol, ular tangga, scrabble, kartu remi, gaple, kutak-katik kotak, dan masih banyak lagi. "Tamu datang ke sini, kan, cari sesuatu yang baru dan seru," jelasnya.

Ide menyajikan berbagai permainan kepada pengunjung ini muncul lantaran Putra sendiri sejak kecil gemar bermain beragam jenis mainan tradisional. "Dulu saya paling suka main congklak dan kartu. Karena tidak terpakai, sengaja saya taruh di meja pengunjung," ujarnya.

Respon pengunjung atas ide ini cukup positif. Terbukti, beberapa kali Putra harus mengisi ulang biji congklak lantaran terus berkurang. Entah hilang atau kebawa pulang buat kenang-kenangan.

Putra memilih beragam mainan itu dengan mempertimbangkan minat pengunjung. Para mahasiswa, misalnya, lebih menggemari permainan yang menghibur dan berbau bisnis seperti monopoli. Orang dewasa dan keluarga lebih senang main gaple. Anak-anak lebih menyukai mobil-mobilan, "Lumayan, sambil menunggu hidangan, pengunjung bisa bermain biar tak jenuh. Habis makan, permainan bisa dilanjutkan," jelasnya.

Supaya pengunjung tak bosan, Putra secara teratur menyediakan permainan baru dengan lebih banyak variasi. Ia mengaku sering memesan mainan dari luar negeri lantaran semua permainan dalam negeri sudah keluar. "Tidak terasa saking banyaknya tamu, saya sampai mengoleksi banyak permainan dari berbagai negara," ungkapnya. Saat ini, kalau dihitung, Putra sudah memiliki 320 jenis permainan.

Putra mengaku tak gencar beriklan seperti waktu memulai usaha. Selain menampilkan hal unik, ia menonjolkan sikap ramah saat melayani tamu. Baginya, cara ini senjata paling ampuh agar pengunjung nyaman dan betah berlama-lama, bahkan mau datang berkali-kali. Kalau pengunjung puas, promosi dari mulut ke mulut menjadi sangat efektif. "Saya senang melayani dan membuat pengunjung senang. Itu lebih berharga ketimbang uang," katanya.

Pria ini memang terhitung gesit melayani para pengunjung kafenya. Di Cafe Strawberry, Putra berhasil menciptakan suasana akrab dan kekeluargaan. "Konsep tempat ini bukan rumah makan keluarga, tapi rumah makan dengan sistem kekeluargaan," ujar pria kelahiran 1982 ini.

Bukan berarti usaha Putra tanpa kendala. Putra sempat terpukul ketika seorang teman baik membajak koki andalannya tanpa memberitahu terlebih dahulu. "Mengetahui koki saya berhenti dan bekerja pada teman saya dengan iming-iming gaji besar, saya geram dan kecewa," tandasnya.

Repotnya, teman itu kemudian membuat warung dengan konsep yang sama dengan Kafe Strawberry. Situasi inilah yang membuat Putra khawatir bahwa pengunjung akan enggan datang ke kafenya dan beralih ke tempat lain.


Serabi Stroberi

Di lokasi yang baru, Cafe Strawberry semakin maju. Pelanggannya pun makin banyak, khususnya bila malam. Bahkan banyak yang menjadi pelanggan tetap. "Pada hari-hari tertentu, mereka datang berkelompok," katanya. Selain menikmati menu olahan Putra, mereka juga ingin menikmati suasana kafe unik itu.

Salah satu menu favorit yang banyak penyukanya adalah serabi. Di sini, serabi pun bisa berasa stroberi. Namun sebenarnya tak cuma itu rasanya. Di tangan Putra, serabi yang bahan bakunya sama dengan serabi-serabi yang lain, sudah sangat berbeda rasanya. "Masak serabi memang terlihat mudah. Tapi, sebenarnya, ada ilmunya. Salah satu kiatnya, memanaskan tungku dalam beberapa menit. Panas pun harus stabil," cetusnya.

Bagian atas serabi made in Putera ini bertabur cokelat, mesis, keju, daging asap (smoked beef), telur ayam kampung, sosis, daging ayam, keju, es krim, dan masih banyak lagi. Pokoknya, taburan (topping) baru khas Putera.

Misalnya saja, serabi super-supreme yang memiliki topping cukup ramai. Yakni gabungan dari beef salami, jamur, keju mozzarella, dan siraman mayones yang membuat rasa gurih. Rasanya jadi mirip-mirip kayak pizza.

Begitu terkenalnya serabi buatan Putra, hingga suatu ketika, seseorang yang mengaku dari Istana Presiden menelponnya. Seseorang itu berniat memesan serabi dalam jumlah banyak. "Awalnya, saya tidak percaya. Saya pikir itu cuma penipuan atau orang iseng," paparnya.

Namun, saat orang itu menghubunginya lagi, Putra baru sadar kalau ini serius. "Saya kaget. Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba dapat pesanan untuk acara menu makan malam kenegaraan," katanya.

Waktu itu, pihak istana memesan 200 buah serabi dengan berbagai rasa. Untuk pesanan ini, Putra mengaku memberi potongan harga sebesar 20% sebagai tanda kenal menu buatannya.

Dengan serabi itu pula, Putra jadi kenal sebagian isi istana. Namun pengalaman pertama, datang ke situ memang tak terlupakan. Ketika itu, ia dilarang masuk oleh Pasukan Pengaman Presiden karena ia mengenakan celana jins. "Waktu tidak boleh masuk, saya kaget. Padahal saya diundang langsung oleh kepala rumah tangga Istana dan tidak tahu kalau tidak boleh masuk hanya karena pakai celana jeans," katanya.

Bahkan, ketika sudah bisa masuk, Putra juga nyaris tak boleh menggelar dagangannya di situ. Soalnya, petugas protokoler melarang Putra mengeluarkan menu stroberi. Larangan ini tentu membuat Putra bingung. Ia diundang karena menu stroberinya, tapi, kok, sekarang dilarang.

Namun setelah berkordinasi dengan panitia acara, akhirnya ia bisa tampil dengan catatan tidak boleh menyuguhkan jus stroberi ke presiden, "Saya diwanti-wanti tidak menawarkan jus stroberi pada presiden, sebab tidak baik bagi kesehatan," jelasnya.

Bicara soal persiapan, Putra mengaku tak membuat persiapan khusus. "Saya tak mengalami kesulitan. Soalnya, tidak berbeda dengan apa yang biasa disajikan di warung," paparnya.Namun saat jamuan makan malam kenegaraan, Putra sempat minder. Pasalnya, beberapa stan lain adalah restoran kelas elit dan mahal. Sedangkan, stan Putra nampak sederhana dengan tungku masak tradisional.

Ternyata, cara memasak tradisional ini membuat banyak tamu asing tertarik. "Mereka justru lebih tertarik mencicipi serabi dari stan saya sambil melihat langsung proses pembuatannya," kenang Putra.

Kendati, usaha kafe semakin maju dan menjadi langganan tetap acara di istana, Putra tidak mau berpuas diri. Ia masih menyimpan cita-cita untuk memperbanyak kafenya hingga di Jakarta Selatan dan Jakarta Utara. Bahkan, ia sekarang sudah pasang ancang-ancang untuk menawarkan waralaba kafenya.

Sumber : Kontan, Rabu, 19 Maret 2008

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks