May 28, 2009

Hidayat, Bisnis Sampah yang Menjanjikan

Bisnis Sampah yang Menjanjikan
Oleh : Ani

Selama ini sampah menjadi masalah yang krusial dalam penanganannya. Menurut catatan Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, setiap orang di Jakarta menghasilkan sampah rata-rata 2,9 liter per hari. Dengan penduduk sekitar 12 juta jiwa, termasuk para komuter, tiap hari mereka menimbun 26.945 meter kubik atau sekitar 6.000 tong sampah.

Siapa sangka, sampah yang begitu banyak bisa menjadi bisnis yang menguntungkan dan memiliki prospek bagus. Hidayat mengelola sampah dan menghasilkan kredit karbon sesuai dengan konsep clean development mechanism (CDM).

Dia memasok biomassa ke beberapa perusahaan. Semula Hidayat adalah pemasok bunga krisan di supermarket. Selain itu, sejak 1993, dia juga memproduksi mesin pencacah plastik atau pengepres sampah. Namun, sebagian besar mesin yang dijualnya ternyata hanya menjadi pajangan semata. Pembeli yang kebanyakan dari pemerintah daerah tidak mampu mengoptimalkan pengoperasiannya.

Dari sanalah akhirnya tercetus ide untuk menawarkan jasa pengelolaan sampah. Sebagai langkah awal, Hidayat menawarkan konsep waste management di lingkungan sekitar tempat tinggalnya di kawasan Jatimurni, Bekasi. Dia memasang tong sampah kosong di setiap jalan utama kampung.

Awalnya dia tidak memungut biaya sepeser pun. Namun, setelah sebulan berlalu, HIdayat memungut biaya retribusi. Untuk satu tong sampah, dia memungut biaya retribusi Rp 30.000. Satu tong sampah ini bisa dipakai bersama atau individual.

Dengan mobil pikap, pekerja Hidayat akan mengambil sampah yang ada di tong. Kalau ada yang tercecer mereka akan meninggalkan di tempat semula. "Saya ingin masyarakat menghitung banyak sampah yang mereka hasilkan setiap harinya," tutur Hidayat.

Selain menangani sampah di wilayah Jatimurni, Hidayat juga melayani waste management di perumahan kawasan Cinere, BSD City Serpong, Cibubur, Citeureup, dan Pasar Ciroyom, Bandung. Kini Hidayat malah kewalahan melayani permintaan dari pengembang perumahan yang terpincut dengan gayanya mengelola sampah.

Meskipun begitu, Hidayat enggan mengambil semua peluang. Pasalnya, volume sampah yang masuk tempat pengolahan harus seimbang dengan kapasitas mesin pengolah agar tak terjadi penimbunan. Setiap hari Hidayat mampu mengolah 7,5 ton sampah.

Dari Sampah Keluar Emas

Setelah sampah terkumpul, mobil pikap pengumpul sampah segera meluncur ke tempat pengolahan sampah. Di sana sampah dimasukkan dalam mesin sortasi. Sampah organik dijadikan kompos, sementara anorganik mengalami proses lebih panjang, yakni melewati mesin pencacah dan pencuci.

Hasilnya, sampah plastik yang kondisinya masih bagus dijual untuk didaur ulang oleh pihak lain, sedangkan sampah yang tidak bisa diapa-apakan lagi akan dipadatkan untuk dijadikan biomassa.

Pelanggan Hidayat adalah beberapa pabrik semen, seperti PT Indocement Tunggal Prakasa, PT Holcim Indonesia, dan beberapa pabrik gula. "Banyak perusahaan yang membutuhkan biomassa karena harga BBM semakin melangit," kata Hidayat.

Saat ini Hidayat tengah menjajaki kerja sama dengan Jepang untuk teknologi pengubah plastik menjadi solar dan pengekstraksi gas metan yang ada dalam tanah. Selain itu, Hidayat juga menggelar program penciptaan 1.000 enterpreneur sampah.

Dia mendidik calon pengusaha yang tertarik dalam bisnis ini. Dari bisnis sampahnya, Hidayat mendapatkan setidaknya Rp 225 juta per bulan. Ke depan, Hidayat berangan-angan ingin mendaftarkan perusahaannya ke lantai bursa. "Masih lama sih, mungkin sepuluh tahun lagi," kata Hidayat.
_________________
PT Mitratani Mandiri Perdana (Mittran)
Jl Raya Hankam Gg Rambutan No 51
Jatimurni, Pondok Gede, Bekasi
021-84592981/8429-7219

Sumber : Kompas, Kamis, 28 Agustus 2008

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks